Beranda Nasional Ekonomi Seni Budaya Internasional Biografi Politik Hukum Kriminal Pemerintahan Foto Video Lelucon Muhasabah Otobiografi Pinggir Jurang Somasi Viral Berita Terbaru

Profil

Tentang Kami SUSUNAN REDAKSI Iklan

Ikuti Kami

Opini   

Mega Proyek Kota Baru, Antara Arinal, Herman HN dan Umar Ahmad

Redaksi   |   Rabu, 06 Juli 2022, 15:51 WIB   |   360 dibaca
Mega Proyek Kota Baru, Antara Arinal, Herman HN dan Umar Ahmad

Nick Kurniawan Rozali

 

 

KEINGINAN tak terbatas, kemampuanlah yang terbatas. Tapi, persoalan kebijakan pada akhirnya adalah mengenai sebuah pilihan (choices) dan kemampuan untuk bertanggung jawab atas pilihan yang telah diambil. Kembali saya mengutip dari ekonom Thomas Sowell yang sangat sinis, “Pelajaran pertama dalam ekonomi adalah kelangkaan. Tak semua keinginan dapat dipenuhi karena sumber daya terbatas. Sedangkan pelajaran pertama dalam politik adalah bagaimana mengabaikan pelajaran pertama dalam ekonomi.”

 

Mega Proyek Kota Baru di Provinsi Lampung yang konon saat ini diberitakan menjadi kota mati. Keberlanjutan pembangunan Kota Baru pada kepemimpinan Gubernur Arinal menuai pertanyaan yang tidak sedikit. Beberapa hari ini banyak sekali pembahasan mengenai anggaran yang telah menelan biaya ratusan miliar dan bagaimana nasib keberlanjutan proyek tersebut.

 

Penulis meyakini bahwa Perda no.2 tahun 2013 tentang Pembangunan Kota Baru Lampung telah dikaji sangat matang sehingga layak dilanjutkan hingga selesai. Namun, kompetensi, serta political will dari seorang figur kepala daerah adalah penentu sukses atau tidaknya keberlangsungan pembangunan mega proyek tersebut. Pemberitaan dan fakta lapangan mengenai mangkraknya pembangunan mega proyek kota baru mengesankan bahwa gubernur seperti kurang perhatian dalam mengawal anggaran yang telah tertelan dan miskin inisiatif.

 

Masa depan pembiayaan dan konsep pembangunan membutuhkan kecermatan dan keterampilan yang tidak sederhana. Merayu dukungan pemerintah pusat, mengundang investor swasta terlibat, mengawasi proses pembangunan agar bermutu dan mengelola potensi konflik kepentingan masyarakat setempat adalah pekerjaan rumah yang berat. Lampung membutuhkan kepemimpinan solutif, bukan hanya pemimpin yang bergantung pada nasib baik semata. 

 

Publik akan sangat menantikan respon cepat penanganan pemerintah untuk menyelesaikan prioritas pembangunan. Tujuan utama pembangunan adalah perbaikan kualitas hidup dan kesejahteraan rakyat. Semakin sering diabaikan, mungkin risiko politik yang diterima oleh Gubernur Arinal adalah kekalahan ketika mencalonkan diri kembali sebagai gubernur pada Pilkada 2024 kelak. 

 

Bicara mengenai pengharapan, penulis dan masyarakat umum mungkin merasa, Lampung tidak membutuhkan pemimpin yang hanya mampu menjalankan roda pemerintahan sebatas melakukan pekerjaan rutin dan menyelenggarakan acara  seremonial untuk menghabiskan anggaran semata. Masa depan pembangunan daerah Lampung tidak bisa hanya bergantung pada nasib baik.

 

Apabila Gubernur Arinal hingga akhir periode kepemimpinan tidak menemui solusi dan meyakinkan publik dapat berhasil mengawal pembangunan mega proyek kota baru, secara subjektif, penulis memperhatikan setidaknya terdapat dua bakal calon kandidat gubernur yang potensial untuk mengawal mega proyek pembangunan agar berhasil. Yakni, mantan Walikota Bandar Lampung Herman HN dan Bupati Tulang Bawang Barat Umar Ahmad.

 

Sebagai mantan Aparatur Sipil Negara (ASN) di bidang keuangan, dan suksesnya Bapak Herman HN membangun banyak flyover, merupakan keterampilan manajemen yang konkrit oleh Walikota Bandar Lampung 2010-2020. Titik pembangunan yang merupakan kewenangan pemerintah pusat, tantangan pengelolaan anggaran tidak menjadi alasan atau adanya pembangunan yang mangkrak. Terlebih selain flyover, komitmen pelayanan publik tidak terabaikan dengan adanya program pendidikan dan kesehatan gratis, serta realisasi pembangunan gedung Pelayanan Terpadu Satu Pintu membawa manfaat untuk kemudahan dan percepatan pelayanan publik di Kota Bandar Lampung.

 

Sebagai pemimpin di daerah yang secara geografis cukup berada di daerah pedalaman, tidak memiliki Sumber Daya Alam yang menonjol, Tulang Bawang Barat diyakini bukan tempat tujuan popular masyarakat Lampung, keberhasilan pembangunan yang simbolik diperlihatkan Bupati Umar Ahmad, yang mampu menyulap Kabupaten Tulang Bawang Barat menjadi daerah yang memiliki daya tarik wisata. Selain arsitektur yang khas dan menyatukan konsep pembangunan berbasis budaya menjadikan Kabupaten Tulang Bawang Barat semakin popular hingga skala internasional, berangkat dari penyelenggaraan even budaya yang melibatkan masyarakat dan komunitas yang secara rutin berlangsung secara berkala. 

 

Mercusuar pembangunan dan rekam jejak pembangunan dari kedua putra daerah tersebutlah penulis yakini dapat menjadi alternative pilihan yang mungkin cocok untuk menjawab solusi pembangunan Provinsi Lampung kelak, apabila Gubernur Arinal sebagai incumbent tidak melakukan akselerasi pembangunan dan mengesankan keberhasilan pembangunan kepada publik selama menjabat. Wallahualam Bishawab.

 

Penulis: Nick Kurniawan Rozali, S.A.B., M.M.

(Alumni HMI Komsospol Unila)

 

 

 

Baca Juga

3 Kandidat Bupati Pringsewu Terkuat

Redaksi

3 Kandidat Bupati Pringsewu Terkuat

Jumat, 22 Maret 2024 14:57 WIB

  Oleh Wiliyus Prayitno    Dari tiga kandidat Calon Bupati Pringsewu yang di sebut sebut akan maju di Pilkada Pringsewu 2024 terdapa

Uang Bukan Segalanya

Redaksi

Uang Bukan Segalanya

Minggu, 18 Februari 2024 12:13 WIB

    DI era politik transaksional, pada Pemilu 2024 membuktikan bahwa uang bukan segalanya. Lihat saja salah satu konglomerat Indonesia, Ha

Bertekad Bantu Rakyat, Bang Jau Memilih Kembali ke Jalur Politik

Redaksi

Bertekad Bantu Rakyat, Bang Jau Memilih Kembali ke Jalur Politik

Sabtu, 03 Februari 2024 15:28 WIB

    "Usia muda adalah modal agar tangan terus terkepal, untuk arungi medan politik yang terjal." - Najwa Shihab   Kata-kata yang te