Beranda Nasional Ekonomi Seni Budaya Internasional Biografi Politik Hukum Kriminal Pemerintahan Foto Video Lelucon Muhasabah Otobiografi Pinggir Jurang Somasi Viral Berita Terbaru

Profil

Tentang Kami SUSUNAN REDAKSI Iklan

Ikuti Kami

Opini   

Momentun Semeja Alzier-Arinal

Redaksi   |   Rabu, 27 April 2022, 20:56 WIB   |   252 dibaca
Momentun Semeja Alzier-Arinal

Isbedy Stiawan ZS

 

Oleh Isbedy Stiawan ZS

 

Momentum semeja Alzier Dianis Thabranie bersama Gubernur Lampung Arinal Junaidi, hendaknya dimaknai sebagai pertemuan dua sahabat.

 

Entah disetting atau natural saja, pada pengukuhan pengurus JMSI Lampung beberapa hari lalu, keduanya duduk bersisian satu meja. Bahkan,  dari foto di media Arinal memandangi cincin yang konon milik rekannya, Alzier.

 

Alzier adalah politisi senior Lampung, pemimpin Partai Golkar tiga periode sebelum dipimpin oleh Arinal Junaidi yang Gubernur Lampung. 

 

Kedua tokoh Lampung ini kabarnya sempat 'bersitegang' tentu dalam hal perbedaan politik dan kebijakan. Baik soal KONI dan kebijakan lain di Pemprov Lampung. Rasa-rasanya hampir semua kebijakan pemprov tak lepas dari kritik Alzier. Seakan menempati diri sebagai oposisi di pemerintahan Arinal.

 

Media turut memainkan, jadilah seolah-olah Alzier-Arinal adalah musuh bebuyutan. Arinal dipoisisikan sebagai orang yang mesti selalu dikritik.  Dan Alzier sebagai pengkritik sejati. Lalu, seakan, suasana politik di Lampung tidak kondusif. 

 

Setuju atau tidak, saat ini kedua tokoh ini adalah "gajah" dalam ranah politik di Lampung. Dapat dibayangkan "dua gajah bertikai" maka seluruh habitat terkena gaduh dan tak kondusif dalam kehidupan.

 

Maka momentum semeja JMSI itu bagai awal dari kehidupan yang kondusif. Saya sepakat. Tapi saya tetap menginginkan Alzier yang kini berada di luar pemerintah dan partai politik, menjaga kekritisan.  Tetap menajamkan kontrol sosial dan kontrol kebijakan.

 

Pertemuan di JMSI itu hanya dua manusia yang bersahabat, namun sikap tetaplah tak bisa disatukan. Ibarat adagium politik; tak ada kawan dan musuh abadi, namun kekritisan tidak akan kenal situasi!

 

Kisah begawan Omat Kayyam (?) yang kenal dengan raja, ia tetap mengkritisi kebijakan kerajaan yang tak berpihak kepentingan rakyat. Sampai-sampai ia diberi opsi menjadi abdi raja atau tinggalkan negerinya. 

 

Sang begawan berujar, untuk seorang abdi kerajaan betapa banyak negeri dapat raja rekrut. Tak perlu dirinya. Dan jika raja mengusir dirinya dari negeri yang melahirkan sang begawan, 100 tahun lagi tak akan mendapati seorang begawan yang kritis.

 

"Dan, apakah sekiranya aku menjadi orang dalam kerajaan atau dibuang jauh dari negeriku, aku tak lagi mengkritisi kebijakan raja yang tidak berpihak bagi kesejahteraan, kemakmuran, dan keadilan?"

 

Akhirnya raja memberi ruang sang kritis untuk tetap memantau kerajaan.

 

Wallahualam bishawab

Baca Juga

3 Kandidat Bupati Pringsewu Terkuat

Redaksi

3 Kandidat Bupati Pringsewu Terkuat

Jumat, 22 Maret 2024 14:57 WIB

  Oleh Wiliyus Prayitno    Dari tiga kandidat Calon Bupati Pringsewu yang di sebut sebut akan maju di Pilkada Pringsewu 2024 terdapa

Uang Bukan Segalanya

Redaksi

Uang Bukan Segalanya

Minggu, 18 Februari 2024 12:13 WIB

    DI era politik transaksional, pada Pemilu 2024 membuktikan bahwa uang bukan segalanya. Lihat saja salah satu konglomerat Indonesia, Ha

Bertekad Bantu Rakyat, Bang Jau Memilih Kembali ke Jalur Politik

Redaksi

Bertekad Bantu Rakyat, Bang Jau Memilih Kembali ke Jalur Politik

Sabtu, 03 Februari 2024 15:28 WIB

    "Usia muda adalah modal agar tangan terus terkepal, untuk arungi medan politik yang terjal." - Najwa Shihab   Kata-kata yang te